digitalMamaID – TikTok Shop beroperasi lagi. Layanan jual beli online ini kini dikelola oleh PT Tokopedia. TikTok menyuntikkan dana hingga Rp 23 triliun untuk mendukung kemitraan jangka panjang ini.
TikTok mengumumkan kemitraan strategisnya dengan Grup GoTo melalui keterangan pers Senin, 11 Desember 2023. Dengan kemitraan ini, TikTok Shop beroperasi lagi setelah sempat ditutup pada 4 Oktober 2023.
Nyawa kedua TikTok Shop ini didapat setelah menginvestasikan lebih dari US$1,5 miliar atau sekitar Rp 23,4 triliun kepada Tokopedia. Dana ini untuk mendukung operasional Tokopedia, tanpa dilusi lebih lanjut pada kepemilikan GoTo di Tokopedia. Penyuntikan dana ini membuat TikTok memiliki kendali atas Tokopedia.
“Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia,” demikian bunyi pernyataan resmi Bytedance di Indonesia.
Melalui kesepakatan ini, TikTok dan GoTo dapat memperluas manfaat bagi pengguna serta pelaku UMKM Indonesia. Pertumbuhan bisnis Tokopedia setelah dikombinasikan dengan TikTok Shop Indonesia diklaim akan menjangkau pasar yang lebih luas dengan layanan keuangan digital melalui GoTo Financial dan on-demand services dari Gojek. GoTo juga akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sejalan dengan skala dan pertumbuhan perusahaan tersebut.
Kampanye Beli Lokal
Kemitraan strategis ini akan diawali dengan periode uji coba yang dilaksanakan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian serta lembaga terkait. Program yang akan diluncurkan di masa uji coba ini adalah kampanye Beli Lokal dimulai pada 12 Desember, bertepatan dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Kampanye ini bisa diikuti di aplikasi Tokopedia dan TikTok.
Beli Lokal akan mempromosikan berbagai jenis merchant, dengan fokus utama pada produk asal Indonesia. Program Beli Lokal di aplikasi TikTok, akan memungkinkan para pengguna TikTok berbelanja dan berinteraksi dengan produk lokal favorit mereka.
Langkah tersebut seraya menjawab tudingan yang dialamatkan kepada TikTok Shop. Sebelumnya TikTok Shop dianggap memanjakan produk buatan Cina yang harganya murah hingga merugikan pengusaha lokal. Melalui kemitraan ini, Tiktok bersama Tokopedia dan Grup GoTo berjanji akan memberikan manfaat lebih luas bagi para pelaku UMKM di Indonesia dan mendorong penciptaan jutaan lapangan kerja baru dalam lima tahun mendatang. Dengan penggabungan kedua bisnis tersebut, lebih dari 90% merchant merupakan pelaku UMKM.
Pada hari ini pula, TikTok Shop mengumumkan kepada seluruh penjualnya bisa mulai berjualan kembali mulai Selasa, 12 Desember 2024. Pada waktu yang sama pembeli juga bisa mulai berbelanja melalui Shop Tab, video pendek, dan sesi live.
Dalam siaran persnya, TikTok menyebut, transaksi penggabungan ini diharapkan akan selesai pada kuartal pertama tahun 2024. Kesepakatan ini sejalan dengan langkah Grup GoTo untuk memperkuat posisi keuangan serta strategi Perseroan untuk memperluas cakupan pasar (total addressable market).
Demi memastikan keberlanjutan langkah PT Tokopedia dalam mendorong perkembangan ekonomi digital nasional, akan dibentuk komite untuk memfasilitasi transisi dan integrasi yang diketuai oleh Patrick Walujo, dengan dukungan dari perwakilan PT Tokopedia dan TikTok. Dalam transaksi ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan untuk Grup GoTo.
Terbentur aturan
TikTok Shop sempat ditutup karena terganjal aturan. Pemerintah melarang media sosial digunakan sebagai platform jual beli dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. TikTok Shop pun secara resmi menghentikan layanannya mulai 4 Oktober 2023 pukul 17.00.
Hadirnya kembali TikTok Shop sudah diprediksi sebelumnya. Pernyataan TikTok setelah penutupan itu menyiratkan adanya langkah-langkah penyesuaian dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Kebijakan pemerintah sendiri muncul setelah ramai pemberitaan soal sepinya Pasar Tanah Abang. Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, aturan baru ini agar media sosial tidak digunakan untuk bertransaksi. Transaksi tetap dilakukan di e-commerce. “Seperti di Tiongkok, e-commerce tidak mematikan yang lain, tapi berkembang. Yang tadinya offline bisa berkembang, tidak saling meniadakan, makanya diatur,” kata Zulkifli seperti dikutip dari Detik.com.
Survei Populix menunjukkan, orang semakin banyak yang berbelenja di media sosial. Sebanyak 86 persen responden pernah berbelanja social commerce. Platform paling banyak digunakan adalah TikTok Shop (45%), diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).
Nah, apakah Mama termasuk yang suka berbelanja lewat media sosial? [*]