Tanya
Assalamualaikum,
Sejak pandemi sebagian besar aktivitas keluarga lebih banyak di rumah. Akhirya jadi sering main Hp dan buka medsos. Tapi semakin ke sini jadi jengah juga. Masuk Twitter isinya perdebatan, masuk Instagram saya jadi minder sendiri. Medsos jadi tidak menghibur lagi. Sementara saya sedang sangat butuh aktivitas untuk melepas stres. Sejak pandemi, penghasilan berkurang. Setiap hari dibayang-bayangi kehilangan pekerjaan. Bagaimana ya caranya supaya bisa melepas stres? Saya takut kegagalan mengelola stres akan berdampak pada diri dan keluarga.
Terima kasih
Mama FR
Jawab
Waalaikumsalam Mama FR,
Setiap orang memang harus belajar untuk bisa mengelola stres. Ini bukan sesuatu yang bisa dikuasai dalam waktu singkat. Harus dipelajari terus.
Untuk mencari tahu apa yang bisa dilakukan untuk melepas stres, bisa dimulai dengan mengidentifikasi ada sumber daya apa di rumah yang bisa membuat kita merasa senang. Ada yang suka memasak, ada yang suka berkebun, atau lainnya. Ternyata banyak juga yang bisa menemukan bakat terpendam. Biasa mengerjakan sesuatu lain, eh ternyata bisa bikin kue.
Kita sering menggunakan ego state sebagai orangtua yang selalu merasa benar, tidak mau dikritik dan sebagainya. Nah ini saatnya untuk menjadi kekanak-kanakan. Bisa mencoba berbagai hal baru yang sumber dayanya tersedia di rumah. Ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas komunikasi dengan keluarga. Karena biasanya ego orangtua berlawanan dengan ego anak, kali ini jadi bisa nyambung. Anak juga ikut gembira, bisa mengikuti arahan orangtua dengan lebih baik. Termasuk bisa belajar bagaimana menghadapi suami dengan lebih baik.
Belajar mengelola stres ini akan lebih baik jika ada tutornya. Sekarang ada banyak orang atau lembaga yang memberikan layanan psikologi secara gratis lewat media sosial. Medsosnya bisa digunakan untuk mengikuti hal-hal seperti ini.
Jangan segan untuk mencari pertolongan jika memang sudah kewalahan dengan situasi yang dihadapi. Di setiap kota biasanya ada layanan konseling yang bisa diakses warga secara cuma-cuma. Pertolongan seperti ini penting untuk menyelesaikan luka mental yang barangkali menjadi penyebab stres itu. Ketika sudah membuat diri tidak tenang, bisa dibagi dengan orang lain.
Mengelola stres juga perlu latihan fisik. Misalnya dengan berolahraga pagi hari, relaksasi, melatih nafas, serta menjaga asupan gizi yang seimbang. Hal-hal seperti ini penting untuk menyeimbangkan sistem tubuh.
Soal media sosial, saya kira kuncinya ada di pikiran. Setiap orang berhak memilih untuk bahagia atau tidak, mau dikendalikan atau mengendalikan. Sebelum memutuskan untuk berinternet, harus bisa menempatkan posisinya sebagai subyek, bukan obyek. Ketika tidak berpikiran positif, akhirnya kita yang menjadi obyek dari medsos. Kalau kita mengendalikan diri kita, saat masuk ke Twitter orang sedang marah-marah, kita bisa menangkapnya sebagai data saja, tidak perlu tersulut emosi. Kita yang pegang kendali. Tidak perlu masuk Twitter lalu ikut galau, masuk Instagram jadi merasa tidak bermakna.
Sebaik-baiknya kesehatan mental itu kalau pikiran kita yang mengendalikan emosi.
Semoga Mama FR segera bisa menemukan aktivitas yang membuat bahagia ya. Tetap semangat, semoga sehat selalu.
Satiningsih, S.Psi.,M.Si
Dosen Jurusan Psikologi
FIP Universitas Negeri Surbaya
Punya pertanyaan seputar pengasuhan dan gaya hidup di era digital atau topik lain seputar literasi digital untuk kaum ibu, silakan hubungi kami via email di digitalmamaid[at]gmail[dot]com dengan subyek [Tanya digitalMama]!