“Maaa, belikan cokelat kayak yang di TV itu dong, Maaa…”
“Ga mau makan sayur! Mau ayam krispy sama hamburger aja!”
“Pokoknya adik mau dibelikan mainan yang di iklan itu!”
Pernahkah Mama merasakan pusingnya menolak rengekan anak-anak yang termakan iklan? Setiap orang tua yang anaknya pernah meminta mainan atau jajanan terbaru tentu paham bagaimana dahsyatnya pengaruh iklan pada anak. Zaman sekarang, anak bisa terpapar iklan dari berbagai media: majalah, poster, internet, dan terutama dari televisi. Ketika sedang berusaha mengatasi rengekan anak, mungkin Mama pernah bertanya dalam hati, mengapa sih anak gampang sekali terpengaruh iklan? Berikut kami rangkumkan untuk Mama beberapa alasannya.
1. Teknik Beriklan
Seorang superhero terbang menuju ke puncak gedung yang terbakar dan menyelamatkan seekor kucing kecil yang ketakutan. Sesaat setelah mengembalikan si kucing pada pemiliknya, sang superhero menenggak sebotol susu kemasan, “Inilah minuman para superhero masa depan”.
Iklan di atas memang hanya rekaan, tapi Mama pasti cukup sering menemui iklan produk anak-anak yang dikemas dalam bentuk cerita yang menarik. Iklan memang dibuat oleh orang-orang yang paham betul tentang psikologi konsumen. Berikut ini beberapa trik yang sering dipakai pembuat iklan untuk menarik perhatian anak-anak agar muncul keinginan untuk membeli produk mereka.
-
- Karakter kartun yang lucu dan menggemaskan, seringkali dari film-film terbaru yang populer di kalangan anak-anak
-
- Artis atau tokoh terkenal yang muncul dalam iklan dan mempromosikan produk
-
- Musik yang catchy atau lagu yang sedang hits sebagai soundtrack
-
- Special effects seperti teknik pencahayaan, close-up, atau efek komputer yang membuat tampilan produk jauh lebih menarik daripada aslinya
-
- Kisah petualangan atau persahabatan yang seru disajikan sebagai alur iklan
-
- Lelucon yang membuat anak tertawa dan mengasosiasikan produk dengan hal-hal yang menyenangkan
-
- Janji bahwa produk yang diiklankan adalah yang terbaik, membuat anak lebih tinggi, lebih sehat, lebih pandai, bahkan lebih keren
-
- Bonus mainan yang bisa dikoleksi anak, terutama yang berseri
-
- Game yang bisa dimainkan anak jika membeli produk, misalnya berupa augmented reality (AR)
- Pengulangan hal yang sama berkali-kali agar produk menancap dalam ingatan
Di antara hal-hal di atas, mana yang biasanya membuat anak-anak tertarik pada iklan dan ingin membeli produknya?
2. Kemampuan Kognitif yang Belum Berkembang Sempurna
“Mama, aku mau dibeliin vitamin yang merk ini biar cepat tinggi, bisa ambil balon sendiri di atas pohon kayak di TV!”
Pada usia dini anak seringkali belum dapat membedakan antara khayalan dengan realita. Studi tentang kemampuan kognitif anak menunjukkan bahwa anak baru mulai memahami maksud dan tujuan iklan ketika ia mencapai usia tujuh atau delapan tahun. Namun, ia belum akan mampu bertindak mengontrol perilaku dirinya hingga tahun-tahun terakhir perkembangannya menuju dewasa.
Secara umum, berikut tahapan pemahaman anak terhadap iklan:
- Anak mampu membedakan iklan dari program televisi yang sedang berjalan
- Anak mampu memahami tujuan iklan (untuk menjual sesuatu)
- Anak mampu memahami bahwa iklan berusaha mempengaruhi dirinya (untuk membeli sesuatu)
- Anak mampu memahami bahwa iklan bersifat informatif, namun tidak semua informasinya jujur dan benar
- Anak mampu memahami bahwa iklan berusaha mengubah pemikirannya tentang suatu hal (misalnya bahwa rambut lurus lebih indah daripada rambut keriting)
- Anak mampu memahami bahwa iklan seringkali melebih-lebihkan keunggulan produknya
3. Pergaulan Sebaya
Memasuki usia sekolah, anak akan banyak bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman yang seusia. Salah satu hal yang seringkali terjadi di lingkungan pergaulan sebaya adalah saling membandingkan barang masing-masing.
“Kotak pensilku gambarnya Spider-Man. Punyamu gambar apa?”
Hal ini dapat berlanjut ke barang-barang lain seperti sepatu, jam tangan, mainan, juga isi kotak bekal. Seringkali, produk yang diiklankan akan dianggap lebih keren daripada yang tidak. Misalnya, makan kue kemasan yang ada di iklan dianggap lebih trendi daripada makan kue basah buatan sendiri. Akibatnya, anak-anak akan meminta orang tuanya membelikan produk-produk tersebut agar ia dianggap asyik atau gaul di antara teman-temannya.
Nah, demikianlah beberapa faktor yang melatarbelakangi mengapa anak gampang terpengaruh iklan. Semoga dengan bekal pengetahuan ini, Mama dapat lebih selektif memilihkan tayangan untuk anak terutama yang mengandung iklan, ya!