Mengunjungi dokter gigi merupakan sesuatu yang menakutkan bagi sebagian orang, begitupun untuk anak dengan ASD (autism spectrum disorder). Secara umum anak ASD memiliki banyak masalah dalam kehidupannya, seperti masalah komunikasi, perilaku, dan interaksi sosial. Khususnya Nindy, putri kami memiliki masalah kecemasan berlebih terhadap hal baru.
Pertama kali saya mengajak Nindy ke klinik dokter gigi di Bandung karena saat itu Nindy terlihat kesakitan dengan memegang gigi dan gusi. Awalnya saya menghubungi terlebih dahulu klinik gigi tersebut, apakah bisa menangani anak berkebutuhan khusus seperti autis. Selain itu saya juga mencari jadwal pemeriksaan yang sepi pasien. Alhamdulillah saat itu tanpa menunggu lama, Nindy dipanggil dokter gigi untuk diperiksa. Bagaimana sih reaksinya?
Pertama masuk ruangan dokter gigi, Nindy berkeliling ruangan dokter kemudian diajak ngobrol di dental unit (kursi pemeriksaan gigi). Nindy agak kaget. Ia berontak dan ingin kabur. Saya pangku Nindy dan memegang tangannya dengan kuat. Saat itu Nindy berusaha menggigit dokter. Untungnya, dokter mempunyai cara sendiri untuk memeriksanya. Alhamdulillah permasalahan gigi sudah ditemukan dan ternyata giginya harus dibersihkan lalu ditambal. Akan tetapi penambalan harus dilakukan tujuh hari kemudian.
Pada pertemuan kedua dengan dokter gigi untuk menambal gigi, Nindy sudah mulai tenang. Namun, untuk proses pengerjaannya sangat sulit. Akhirnya harus dibantu oleh tiga orang perawat dan saya seperti biasa memangku Nindy. Proses penambalan dokter harus hati-hati dan sedikit lebih cepat pengerjaannya karena Nindy berontak. Ia mengeluarkan seluruh tenaga untuk menolak penambalan giginya. Kurang lebih satu jam kami berjuang. Alhamdulillah, gigi Nindy berhasil juga ditambal. Nindy masih menangis kencang di klinik gigi tersebut. Saya cukup lega karena proses ini berhasil dilalui, walaupun menelan biaya yang tidak sedikit.
Tiga tahun setelah itu kami kembali mengunjungi dokter gigi di tempat yang berbeda. Kali ini di rumah teman saya yang sekarang berprofesi sebagai dokter gigi. Saya membuat janji terlebih dahulu dan menceritakan kondisi putri saya. Saat itu, Nindy akan melakukan cabut gigi depan yang sudah goyang. Setelah mengobrol sebentar, giginya berhasil dicabut dengan sedikit penolakan dari Nindy.
Dari pengalaman beberapa kali mengunjungi beberapa dokter gigi, berikut beberapa tips mengajak anak ASD ke dokter gigi:
- Beberapa hari sebelum ke dokter gigi, bacakan cerita kepada anak dan berikan gambar tentang dokter gigi.
- Berikan kata-kata afirmasi positif kepada anak jika anak mampu bertemu dan melakukan perawatan bersama dokter gigi.
- Tidak menunggu sakit dahulu baru datang ke dokter gigi. Jujur saya salah mengajak Nindy mengunjungi dokter gigi saat ia sakit gigi. Karena hal ini dapat menimbulkan trauma untuknya.
- Mencari klinik gigi yang ramah ASD seperti tempat yang tidak terlalu ramai pasien, pencahayaan tidak terlalu terang, dan mencari klinik gigi terdekat dengan rumah. Sebelumnya saya mencari informasi dari internet dan telefon ke klinik gigi untuk bertanya apakah bisa menangani anak ASD dengan kasus seperti anak saya.
- Membuat janji dengan klinik atau dokter gigi sehingga anak tidak perlu antre untuk mendapatkan tindakan.
Setelah mendapat informasi tentang klinik gigi yang kiranya dapat menangani anak ASD, saya pun membuat janji terlebih dahulu dan menanyakan jadwal dokter yang biasanya tidak penuh kunjungan pasien.
Begitulah pengalaman saya membawa anak ASD ke dokter gigi. Bagi orang tuayang memiliki anak ASD tidak perlu khawatir jika akan berkunjung ke dokter gigi, asalkan sebagai orang tua kita paham karakteristik anak dan mempersiapkankunjungan ke klinik gigi dengan baik.
Fitria Mustikawati






