digitalMamaID — Di era digital, orangtua sering berada di posisi dilematis. Ingin melindungi anak sepenuhnya, tetapi juga tidak ingin membatasi ruang eksplorasi mereka. Gadget, media sosial, dan internet sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja. Mereka belajar, bersosialisasi, mengekspresikan diri, bahkan membentuk identitasnya di ruang daring.
Di tengah peluang ini, orangtua harus mengantisipasi risiko yang ikut tumbuh. Mulai dari konten tidak pantas, cyberbullying, interaksi dengan orang asing, hingga tekanan sosial yang sulit terlihat. Peran orangtua bukan hanya membuat aturan, tetapi juga membimbing anak menjadi pengguna digital yang sehat dan aman.
Atur screen time tanpa drama
Bagi banyak orangtua, mengatur durasi layar adalah pintu masuk menuju pendampingan digital yang lebih luas. Silvianti Dewi, seorang ibu yang tinggal di Provinsi Banten, memilih pendekatan pendampingan sejak awal. Ia meyakini, melarang anak mengakses gadget sepenuhnya bukanlah solusi. Apalagi, gadget sudah jadi alat pembelajaran. Baginya, lebih penting menegakkan aturan yang jelas dan konsisten.
“Misalnya kata WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), anak usia 2-5 tahun hanya boleh 1 jam perhari. Ya harus ikuti, karena mereka membuat (ketentuan) ini pasti ada alasannya,” kata ibu yang biasa disapa Sisil saat berbicara di Live Instagram Smart Digital Parenting bersama digitalMamaID, Senin, 1 Desember 2025.
Ibu yang juga parenting coach dan kreator konten Halimah, melakukan hal serupa tapi dengan cara yang berbeda.
“Sejak usia 10 tahun anakku mendapatkan gadget pribadi, tetapi kami membuat kesepakatan dan ditandatangani. Ada 10 poin di dalamnya,” kata Halimah.
Salah satu poin utamanya adalah waktu penggunaan gadget. “Setiap jam 5 sore gadget tidak boleh ada di luar, harus ditaruh di kamar mama. Jika tidak dikembalikan maka akan ada konsekuensinya,” ujar Halimah.
Aturan screen time dengan surat kesepakatan seperti ini membantu anak belajar disiplin sekaligus mengurangi risiko kecanduan akibat penggunaan gadget berlebihan.
Jika ingin menggunakan cara serupa, Mama bisa mengunduh contoh kesepakatan digital keluarga di Smart Digital Toolkit yang bisa diunduh di sini.
Atur screen time di Meta Teen Account
Setelah orangtua membuat aturan di rumah, perlu diikuti dengan memastikan batasan ini juga berjalan langsung di akun media sosial remaja. Mama bisa mengatur berapa lama remaja diperbolehkan mengakses Instagram juga Facebook setiap harinya menggunakan Meta Teen Account. Mode ini memiliki fitur bawaan untuk membantu remaja mengatur waktu layar secara sehat.
Cara mengatur batas waktu harian (Daily Time Limit):
- Buka aplikasi Instagram di akun remaja
- Masuk ke Profil → ketuk Tiga Garis kanan atas
- Pilih Your Activity / Aktivitas Anda
- Ketuk Time Spent / Waktu yang Diakses
- Pilih Set Daily Time Limit
- Atur batas waktu harian yang sesuai
Saat batas tercapai, Instagram otomatis mengingatkan remaja untuk istirahat. Langkah ini bisa membantu mereka mengelola ritme penggunaan layar tanpa Mama harus terus mengingatkan.
Quiet Mode untuk waktu istirahat
Selain batas waktu harian, Meta Teen Account juga memiliki Quiet Mode. Fitur ini membantu remaja mengatur waktu tidur atau waktu belajar tanpa gangguan digital.
Saat Quiet Mode aktif maka pengguna remaja tidak akan menerima notifikasi. Statusnya berubah menjadi “Dalam Mode Istirahat”. Jika pada durasi itu ia menerima pesan atau Direct Message (DM), pengirim pesan akan menerima balasan otomatis.
Cara mengaktifkan Quiet Mode:
- Buka Instagram
- Masuk ke Pengaturan
- Pilih Notifications / Notifikasi
- Ketuk Quiet Mode
- Atur jam istirahat (misalnya 21.00–07.00)
Fitur ini membantu remaja membangun kebiasaan istirahat yang sehat dan mengurangi dorongan untuk terus mengecek notifikasi hingga larut malam.
Lindungi remaja dari konten berbahaya
Mengatur durasi layar memang penting. Akan tetapi, pengaturan durasi saja tidak otomatis membuat pengguna remaja aman di dunia maya. Pengaturan screen time harus berjalan berdampingan dengan keamanan digital. Keduanya saling melengkapi. Screen time menjaga berapa lama mereka online, sedangkan keamanan digital menjaga apa yang mereka temui selama online.
Di ruang digital, remaja tidak hanya bermain. Mereka belajar, bersosialisasi, membuat karya, dan bertukar informasi. Ruang ini membuka peluang besar untuk tumbuh, tetapi juga menyimpan risiko yang tidak bisa dianggap remeh. Cyberbullying, kekerasan, radikalisme, pornografi, hoaks, scam, hingga interaksi dengan orang asing. Semua bisa muncul hanya dalam beberapa kali swipe.
Wajar jika orangtua merasa cemas. Namun, melarang mereka sepenuhnya dari internet juga bukan solusi. “Wajar kita takut anak akan kenapa-kenapa di ruang digital, tapi bukan berarti kita mengurung mereka, melarang mereka. Bayangkan internet itu seperti kota besar. Di kota besar ini tidak semuanya aman, tapi apakah kita akan mengurung anak kita di rumah terus-menerus? Justru yang harus kita ajari adalah cara menyeberang, cara memahami lampu lalu lintas, apa yang harus dihindari, rambu-rambunya apa saja. Nah kalau di ruang digital kita bisa membatasi dengan mem-private akun, membatasi komentar, atau aktifkan fitur hidden word,” kata Co-Founder Cyberity, Shafiq M.A Pontoh saat live bersama digitalMamaID, Jumat, 5 Desember 2025.
Pendekatan itu menegaskan satu hal penting, orangtua tidak bertujuan untuk menjauhkan anak dari risiko. Akan tetapi, membekali mereka cara menghadapi risiko itu.
Saat remaja jadi sasaran di ruang digital
Tidak ada orangtua yang siap melihat anaknya disakiti, apalagi lewat komentar, pesan, atau interaksi yang terjadi diam-diam di layar kecil. Cyberbullying bisa muncul dalam banyak bentuk, misalnya komentar sinis, ejekan, penyebaran rumor, pesan bernada seksual, atau kontak yang mengganggu dari orang asing. Dampaknya tidak selalu terlihat jelas, tetapi dapat melukai kepercayaan diri dan kesehatan emosional remaja.
Mama tidak sendirian. Ada langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk melindungi remaja dan membuat ruang digital mereka lebih aman. Meta Teen Account menyediakan fitur-fitur perlindungan yang bekerja otomatis untuk mencegah, memfilter, dan menahan interaksi yang berisiko.
1. Periksa “Hidden Words” untuk menyaring komentar dan pesan berbahaya
Pada akun remaja atau Meta Teen Account, Instagram dan Facebook secara otomatis mengaktifkan filter paling ketat. Mama tetap bisa mengeceknya atau mengatur ulang agar perlindungan bekerja maksimal.
Hidden Words membantu untuk menyaring kata-kata kasar, menghilangkan ejekan, hinaan, memblokir frasa yang dapat menyakiti, serta menyaring DM berisi pesan yang tidak pantas.
Cara mengecek pengaturan Hidden Words:
- Buka Instagram → Privasi → Hidden Words → aktifkan Filter Komentar dan Permintaan Pesan
Jika Mama menemukan pola komentar tertentu yang mengganggu, Mama bisa menambahkan kata-kata tersebut ke daftar khusus agar otomatis difilter.
2. Atur siapa yang bisa tag & mention
Untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan, bisa aktifkan fitur Limits di Meta Teen Acoount. Dengan fitur ini, akun remaja hanya dapat ditandai (tag) atau disebut (mention) oleh orang-orang yang mengikuti mereka.
Cara mengecek pengaturan Limits:
- Instagram → Pengaturan → Privasi → Tandai (Tag) & Sebut (Mentions) → Orang yang kamu ikuti
3. Batasi pesan dari orang asing
Bullying atau pesan tidak pantas lewat pesan langsung atau direct messages (DM) sering datang dari akun tak dikenal.
Di Meta Teen Account, fitur pembatasan pesan sudah aktif otomatis, sehingga remaja hanya bisa menerima DM dari orang yang mereka ikuti atau orang yang pernah berinteraksi sebelumnya.
Ini membantu mengurangi risiko remaja mengalami:
- catfishing (akun palsu yang menyamar)
- grooming (upaya manipulatif dari orang dewasa)
- pesan bernada seksual
- penipuan atau scam
- atau upaya intimidasi dari akun anonim
Orangtua tidak perlu memantau DM satu per satu karena sistem sudah menyaring pintu masuknya. Mama tidak perlu memata-matai anak sendiri!
Jika remaja bercerita telah menerima pesan tidak menyenangkan, Mama bisa bisa menyarankan untuk memblokir akun tersebut, melaporkannya kepada Instagram, atau membantu anak memutuskan interaksi sepenuhnya.
Semua langkah ini bisa dilakukan tanpa harus mengakses chat pribadi anak secara langsung. Dengan begitu, privasi anak tetap terjaga.
Lindungi remaja dari hoaks dan konten berbahaya lainnya
Bagi banyak remaja, media sosial kini berfungsi sebagai “koran pagi”, sumber referensi, bahkan mesin pencari.
Masalahnya, tidak semua yang muncul di beranda adalah informasi yang benar.
Selain konten berbahaya yang terlihat jelas, ada satu ancaman lain yang sering menyelusup, yaitu hoaks.
Psikolog dari Be Sha Counseling, Ajeng Pradipta mengingatkan, remaja yang menggunakan media sosial sebagai mesin pencari menjadi sangat rentan terpapar konten hoaks.
“Remaja yang terlalu sering terpapar konten-konten hoaks berdampak pada berkurangnya kemampuan berpikir kritis. Akibatnya, mereka susah membedakan mana yang benar dan salah. Karena konten itu sering muncul di beranda mereka, jadi lama-lama mereka menganggap berita itu benar,” kata Ajeng.
Di sinilah diskusi antara orangtua dan remaja sangat penting. Bukan untuk menggurui, tetapi untuk melatih pola pikir kritis.
Misalnya, orangtua bisa menunjukkan referensi yang membongkar hoaks tersebut dan menganalisisnya bersama remaja.
Namun selain diskusi, orangtua juga bisa membantu langsung dengan mengatur ulang algoritma Instagram remaja.
Cara Reset Algoritma di Meta Teen Account
Hoaks yang dibiarkan muncul berulang akan dianggap “disukai”, sehingga algoritma menayangkannya lebih sering. Untuk membersihkan ini, orangtua bisa membantu reset preferensi konten anak.
Panduan reset algoritma:
- Buka Profil
- Ketuk Tiga Garis → Setting and Activity → Content Preferences
- Pilih Reset Suggested Content → next
- Review akun-akun yang tidak ingin diikuti lagi, atau topik-topik yang tidak ingin dilihat
- Ketuk Reset Konten yang Disarankan atau Reset Suggested Content
Reset algoritma ini ibarat membersihkan kaca jendela. Apa yang terlihat di layar remaja menjadi lebih jernih.
Menyaring konten yang tidak sesuai usia
Di Meta Teen Account, Mama bisa menggunakan fitur Sensitive Content Control untuk membatasi konten berbahaya dan yang tidak sesuai dengan umur remaja. Misalnya konten yang mengandung vulgaritas, ketelanjangan, aktivitas seksual, kekerasan, ujaran kebencian, promosi alkohol atau obat-obatan, serta konten yang membahas self-harm.
Cara mengaktifkan fitur Kontrol Konten Sensitif:
- Buka Instagram
- Profil → Pengaturan → Kontrol Konten Sensitif
- Pilih tingkat penyaringan: Lebih Banyak, Standar, atau Lebih Sedikit
- Simpan pengaturan
Dengan fitur ini, Mama dapat memastikan remaja melihat konten yang sesuai usianya, tanpa harus memeriksa satu per satu apa yang muncul di feed mereka. Proteksi ini bekerja optimal jika usia anak dimasukkan dengan jujur saat membuat akun.
Dunia digital tidak akan berhenti berkembang. Remaja akan selalu berada di dalamnya. Tapi orangtua tidak perlu hadir sebagai pengawas yang menakutkan. Hadirlah sebagai pendamping, penunjuk jalan, dan tempat pulang ketika mereka bingung atau takut.
Gunakan Smart Digital Parenting Toolkit sebagai panduan. Unduh di sini! [*]





