Memahami Pilihan Hidup Sebagai Childfree

Ilustrasi childfree/StockSnap/Pixabay
Share

digitalMamaID — Mama, pernah dengar istilah childfree? Fenomena ini mengacu pada keputusan seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak. Di Indonesia, topik ini memang masih jarang dibicarakan terbuka. Bahkan, sering menimbulkan pro dan kontra, apalagi di tengah budaya yang sejak dulu memandang punya anak sebagai “keharusan” dalam rumah tangga, salah satunya demi melestarikan garis keturunan.

Bagi sebagian pasangan, memiliki anak adalah impian yang diupayakan dengan penuh harapan. Namun, di sisi lain, ada juga yang memilih untuk tidak menempuh jalan itu. Alasannya beragam: mulai dari karier, ekonomi, kesehatan, hingga pertimbangan lingkungan. Fenomena ini kembali ramai dibicarakan di tengah kondisi ekonomi dan sosial yang penuh tantangan saat ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat kelahiran di Indonesia menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2020, angka kelahiran per 1.000 penduduk berada di kisaran 20,5. Angka ini jauh berkurang dibanding tahun 1990 yang mencapai 27,0. Penurunan ini dipengaruhi banyak faktor, mulai dari perubahan sosial-ekonomi, akses informasi dan pendidikan kontrasepsi, hingga meningkatnya usia pernikahan.

Perspektif Islam

Dari perspektif Islam, pembahasan tentang childfree juga beragam. Dalam jurnal yang ditulis Fitriyani, Tazkiah, dan Anisya berjudul “Fenomena Childfree sebagai Prinsip Hidup Wanita Karier” dijelaskan, dalam Fiqih Islam, childfree adalah kesepakatan menolak kelahiran.

Imam al-Ghazali berpendapat, menunda atau menolak kelahiran diperbolehkan. Bahkan, tidak sampai pada tingkat makruh atau haram dalam kondisi tertentu.

Sementara hasil Bahtsul Masail LBM PCINU Mesir menyebutkan, memiliki anak adalah anjuran syariat, namun memilih untuk tidak memiliki anak juga merupakan hak setiap pasangan, meski hukumnya makruh dalam konteks fiqih, yang diartikan sebagai khilaful afdlal (meninggalkan yang lebih utama).

Alasan memilih childfree

Di luar perspektif agama, penulis Corinne Maier dalam bukunya “No Kids: 40 Reasons for not Having Children” membagi alasan childfree ke dalam lima kategori, yaitu pribadi, psikologis, ekonomi, filosofis, dan lingkungan hidup.

1. Pribadi

Alasan pribadi sering kali dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, hingga lingkungan. Keputusan ini biasanya terkait kebutuhan emosional, kualitas hidup, atau keseimbangan waktu.

2. Psikologis dan Medis

Kesehatan mental dan fisik menjadi faktor penting. Ada yang memilih childfree karena trauma, kecemasan, atau pertimbangan medis yang membuat kehamilan dan pengasuhan berisiko.

3. Ekonomi

Banyak yang menunda atau memilih tidak memiliki anak karena pertimbangan finansial. Biaya hidup, pendidikan, hingga perumahan menjadi alasan utama.

4. Filosofis

Sebagian orang mendasarkan pilihan ini pada nilai hidup yang diyakini — misalnya, prioritas pada kebebasan pribadi, perjalanan karier, atau tujuan hidup yang tidak melibatkan pengasuhan anak.

5. Lingkungan Hidup

Ada pula yang memutuskan childfree karena ingin mengurangi beban lingkungan, mempertimbangkan jejak karbon, atau menjaga kelestarian alam.

Pada akhirnya, fenomena childfree adalah bagian dari keragaman pilihan hidup di masyarakat. Sama seperti mereka yang bermimpi punya anak, pasangan yang memilih childfree pun berhak dihormati. Tidak ada satu jalan yang harus ditempuh semua orang.

Mama, hidup selalu penuh pilihan. Punya anak atau tidak, keduanya sama-sama datang dengan tanggung jawab dan konsekuensi. Yang terpenting adalah setiap keputusan diambil dengan sadar, penuh pertimbangan, dan saling menghargai pilihan orang lain. Pada akhirnya, kebahagiaan keluarga dimulai dari rasa nyaman dan saling mendukung di dalamnya. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID