Melihat Kepedulian Dunia untuk Palestina Lewat Pelayaran Global Sumud Flotilla

Global Sumud Flotilla
Share

digitalMamaID – Dua tahun sudah Palestina dibombardir oleh Israel. Dunia menyaksikan genosida yang terjadi di depan mata. Berdasarkan data Palestine Central Bureau of Statistics (PCBS), sebanyak 67.000 warga sipil Palestina menjadi korban sejak 7 Oktober 2023. Bila dihitung sejak peristiwa Nakba pada 1948, jumlah korban mencapai lebih dari 134.000 jiwa, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Di tengah keterbatasan media besar dalam meliput, media sosial menjadi saksi utama bagaimana kekejaman ini berlangsung. Gambar, video, dan laporan dari jurnalis dan warga Gaza membuat dunia sulit menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Menurut data UNICEF, blokade bantuan untuk Palestina telah berlangsung sejak Juni 2007. Pembatasan akses darat, udara, dan laut membuat lebih dari dua juta penduduk Gaza hidup dalam kondisi seperti “penjara terbuka”. Mereka sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan dari dunia luar.

Factsheet Gaza Blockade 2022 – UNICEF

Sorotan dunia tak pernah berhenti, masyarakat global yang peduli akan Palestina yang terdiri dari berbagai kalangan seperti aktivis, relawan, jurnalis, tenaga medis, seniman, rohaniwan, pengacara dan pelaut berkumpul dan meluncurkan gerakan global dari jalur laut dengan tujuan membawa bantuan dan menyerukan mengakhiri pengepungan dan genosida di Gaza oleh Israel. Membawa nama Global Sumud Flotilla, mereka mencoba bergerak atas dasar kemanusiaan tanpa terikat pada pemerintah atau kepentingan apapun.

Apa itu Global Sumud Flotilla?

Global Sumud Flotilla (GSF) adalah inisiatif kemanusiaan internasional yang diluncurkan pada Juni 2025. Kata “sumud” berasal dari Bahasa Arab yang berarti keteguhan atau daya tahan. GSF menggabungkan ratusan aktivis, tenaga kesehatan, jurnalis, dan organisasi kemanusiaan yang berasal dari lebih dari 40 negara, termasuk Indonesia.

Misi Global Sumud Flotilla adalah membawa bantuan kemanusiaan langsung ke Jalur Gaza yang telah lama diblokade oleh Israel juga menyerukan agar genosida di sana diakhiri. Disadur dari BBC, jauh sebelum GSF memulai misinya, sudah ada bantuan jalur laut untuk Gaza pada 2008 namun gagal, dan 2010 yang dilakukan oleh Turki namun berakhir dengan tewasnya 10 aktivis Turki oleh Israel. Karena itu, pelayaran GSF menjadi simbol keberlanjutan perjuangan yang sempat terhenti.

Global Sumud Flotilla diinisiasi oleh beberapa aktivis kemanusiaan global seperti Kleiniki Alexopoulou (Global Movement to Gaza, Yunani), Yasemin Acar (Freedom Flotilla Coalition, Turki-Jerman), Thiago Ávila (Freedom Flotilla Coalition, Brazil), Seif Abukeshek (Global Movement to Gaza, Spanyol), Muhammad Nadir Al-Nuri (Cinta Gaza Malaysia), sampai aktivis iklim high-profile Swedia, Greta Thunberg.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Freedom Flotilla Coalition (@gazafreedomflotilla)

Selain itu, dukungan terhadap GSF datang dari berbagai kalangan dunia di antaranya Mandla Mandela, Susan Sarandon, Nkosi Zwelivelive Mandela, Abby Martin, Greg Stoker, Liam Cunningham, Gustaf Skarsgård dan lainnya. Melalui laman Instagram @globalsumudflotilla, semakin banyak tokoh dari lintas profesi, negara, dan agama yang menunjukkan solidaritasnya hingga saat ini.

Pelayaran yang tidak mudah

Dalam pelayaran perdananya pada Juni 2025, kapal-kapal GSF berangkat dari Barcelona, Genoa, dan Tunisia. Mereka membawa logistik, peralatan medis, serta pesan perdamaian. Salah satu kapal yang paling banyak disorot adalah Madleen, kapal yang membawa Greta Thunberg.

Namun perjalanan menuju Gaza bukan hal mudah. Israel berulang kali mencegat armada GSF meski mereka berlayar di perairan internasional—wilayah yang seharusnya bebas dari intervensi negara mana pun, sesuai Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS 1982).

GSF bahkan membuat laman “Tracker” di situs resminya agar masyarakat bisa memantau posisi kapal secara langsung. Sayangnya, dari 45 kapal yang berlayar antara Juni hingga Oktober 2025, hampir semuanya dicegat oleh angkatan laut Israel, sekitar 40 mil laut dari pesisir Gaza.

Tangkapan layar laman Tracker di situs resmi globalsumudflotilla.com yang menunjukkan kapal Coinscience yang dicegat oleh Israel sebelum sampai di Gaza.

Menurut laporan Reuters dan Al Jazeera, lebih dari 450 aktivis dari berbagai negara ditahan dan mengalami perlakuan tidak manusiawi, termasuk Greta Thunberg yang sempat ditahan oleh pihak Israel.

Pada 10 Oktober, akun Instagram resmi GSF menyerukan pembebasan 46 relawan yang masih ditahan, serta mengingatkan dunia bahwa masih ada 11.000 warga Palestina yang dipenjara tanpa peradilan yang layak.

Meski berulang kali dihalau, diperlakukan tidak manusiawi oleh Israel, semangat mereka tak padam. Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa misi mereka tidak berhenti. Seperti yang disampaikan oleh Greta pada akhir September di atas kapal laut yang dinaikinya, “Aku tidak takut Israel. Aku takut pada dunia yang tampaknya kehilangan rasa kemanusiaan,”. ujar perempuan 22 tahun ini.

Partisipasi Indonesia

Indonesia juga turut ambil bagian dalam gerakan ini. Dalam pelayaran GSF pada September lalu, terdapat tiga aktivis asal Indonesia: Wanda Hamidah, Fathur Harits, dan Muhammad Husein yang ikut serta.

Mereka menjadi bagian dari ratusan aktivis yang berlayar membawa pesan kemanusiaan bagi Palestina. Meskipun sempat mengalami intimidasi oleh Israel selama di perairan internasional, para relawan Indonesia tersebut tetap menyuarakan semangat solidaritas dan kemerdekaan untuk rakyat Palestina walau akhirnya harus kembali ke Tanah Air pada 4 Oktober.[*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID