digitalMamaID — Salah satu cara ampuh memberi edukasi untuk anak adalah dengan menonton film bersama. Lewat adegan demi adegan, cerita yang menarik, karakter yang berkesan, Mama dan anak bisa berdiskusi untuk bisa mengambil pelajaran. Di zaman ini, belajar tidak hanya dari buku, namun juga dari film. Salah satu film yang digitalMamaID rekomendasikan untuk ditonton bersama keluarga adalah film “Tegar” yang rilis tahun 2022, karya sutradara Anggi Frisca.
Sinopsis film “Tegar”
Film “Tegar” berpusat pada cerita Tegar (Muhammad Aldifi Tegar Rajasa), seorang anak laki-laki difabel. Ia hanya memiliki satu kaki yang berfungsi normal. Dua tangannya tidak ada, begitupun satu kakinya lagi yang tidak tumbuh seperti orang pada umumnya. Namun, ia punya kemampuan melukis dengan baik hanya dengan satu kakinya.
Sejak lahir, Tegar tinggal di rumah mewah milik kakeknya (Deddy Mizwar) yang berada di perbukitan dan dikelilingi pepohonan lebat dan jauh dari tetangga. Seperti ingin menunjukkan keterasingan Tegar dari dunia. Sang ibu (Sha Ine Febriyanti) sibuk dengan pekerjaannya dan tidak peduli dengan Tegar. Di rumah itu hanya kakek Tegar dan Teh Isy sebagai asisten rumah tangga berdarah Papua bersuara merdu (Joanita Chatarine) yang peduli pada Tegar.
Tegar yang sudah berusia 9 tahun tidak disekolahkan oleh ibunya. Dia juga tidak diperkenankan bersosialisasi sebagai wujud ketakutan ibunya akan dunia luar. Tapi, Tegar hanya anak-anak yang ingin bermain dan mempunyai teman. Di usianya ini, Tegar merasa inilah waktunya dia pergi melihat dunia luar.
Pada ulang tahunnya yang ke-10, Tegar meminta kado kepada kakeknya yaitu bersekolah. Permintaan ini menjadi cita-cita besar Tegar. Setelah sang kakek berdiskusi alot dengan ibu Tegar, akhirnya permintaan itu dikabulkan. Namun, sayangnya sebelum permintaan itu terlaksana, kakek Tegar meninggal dunia di depan matanya. Tegar histeris dan merasa makin kesepian. Dia seperti tahu bahwa keinginannya bersekolah harus dikuburnya lagi.
Pada suatu hari, ibu Tegar pergi keluar kota beberapa hari untuk bekerja. Dia menitipkan Tegar pada Teh Isy. Teh Isy sebenarnya punya rencana untuk pulang karena ibunya sakit, namun dia juga merasa kasihan kalau Tegar tidak ada yang menemani.
Sampai pada suatu ketika Teh Isy pergi tanpa mengabari, Tegar berada di rumah besar itu sendirian. Tegar melakukan banyak hal sendiri dengan susah payah. Dia merasa sangat kesulitan di awal karena selama ini ada Teh Isy yang selalu membantunya. Dengan tekad yang kuat, Tegar dapat melakukan semua hal itu walau sedikit kesulitan. Ternyata, satu kakinya yang berfungsi normal ini berperan sangat penting untuk semua pergerakan Tegar, dan ia seperti baru mengetahuinya.
Setelah menunggu beberapa lama, Teh Isy tak kunjung pulang. Tegar akhirnya
memutuskan untuk pergi dari rumah. Dengan semangat namun juga polos sebagai anak kecil, Tegar memulai petualangannya. Keinginannya bersekolah ia bawa bersama ransel kecilnya.
Akankah ia berhasil bertahan di luar rumah? Apakah Tegar dapat kembali bertemu ibunya dan mewujudkan keinginannya untuk bersekolah?
Disabilitas butuh dimengerti
Pada nobar film Tegar yang dilaksanakan di Cihapelas Walk XXI pada Rabu, 20 Agustus2025, Anggi Frisca selaku sutradara hadir memeriahkan acara. Ia datang bersama pemeran utama, Muhammad Aldifi Tegar Rajasa dan Joanita Chatarine. Nobar yang dihadiri oleh 500 lebih penonton ini diinisasi oleh PKK Kota Bandung sebagai rangkaian Hari Anak Nasional dan juga menjadi salah satu upaya mendukung Bandung menjadi kota inklusi.
Aryatri Benarto, selaku Ketua TP-PKK Kota Bandung mengungkapkan, film Tegar patut ditonton untuk memberikan pemahaman pada masyarakat akan penyandang disabilitas. Mereka kerap mendapatkan perbedaan perlakuan dan kurangnya kesempatan. “Dari film Tegar, kita bisa melihat bahwa kaum disabilitas adalah sesama masyarakat yang ingin diterima. Jangan dibedakan, jangan dikasihani, apalagi dihakimi,” kata Aryatri.
Pengakuan internasional
Kepada awak media, Anggi Frisca menuturkan bahwa narasi semangat kesetaraan untuk kaum disabilitas diwakilkan oleh Tegar. “Tagline-nya, nothing about us without us. Tidak ada keterlibatan kita tanpa kita. Tegar adalah pionnya,” ungkapnya. Hal inilah yang membuat film Tegar menyabet banyak penghargaan bergengsi internasional.
Di 2023, film Tegar memenangkan Best Child Actor di China International Children’s Film Festival , Best Film di The Pantene Golden Butterfly Awards di Turki, Best International Film di C.I.F.E.J Award, pemutaran film di Kineko International Children’s Film Festival, Tokyo dan mendapatkan penghargaan Setagaya City Award sampai diputar di Chicago International Children’s Film Festival.
“Saya sangat bangga dengan anak ini karena ia belajar dengan keras selama satu setengah tahun untuk bisa memerankan Tegar dengan baik,” ungkap Anggi.
Walaupun begitu, anak-anak tetaplah anak-anak dengan segala naik turun moodnya. “Cara saya menghadapi aktor anak-anak ini adalah dengan mengajak mereka mengobrol seperti orang dewasa, dan mereka mengerti,” tambahnya.
Tegar yang saat itu hadir juga mengungkapkan, ia sempat merasa kesulitan dengan perannya di film. “Karena karakter asli saya dan Tegar berbeda,” ungkapnya. Usahanya membuahkan hasil dengan berbagai penghargaan yang ia dapatkan di skala internasional.
Dalam kesempatannya, Tegar memberi pesan kepada seluruh anak disabilitas di Indonesia. “Tetap semangat, keterbatasan bukanlah hal yang membatasi diri kita,” ungkapnya.
Film Tegar dapat Mama tonton di aplikasi MAXStream dan jangan lupa review filmnya di Screen Score, ya!
Tahun ini, petualangan Tegar akan berlanjut ke tanah Papua, dengan judul “Teman Tegar Maira: Whisper from Papua” yang akan mengeksplor keindahan Papua bersama The Isy dan Maira, si anak suku pedalaman. [*]