Film Tully Menyelami Gangguan Kesehatan Mental Ibu

Film Tully
Share

digitalMamaID – Kelahiran buah hati tentu membawa kebahagiaan bagi Mama dan orang sekitar. Di hari kelahiran itu pula, segalanya pun berubah. Perempuan berubah menjadi seorang ibu. Akan tetapi, kebahagiaan itu datang sepaket dengan kecemasan.  Jika tidak ditangani, kecemasan itu bisa gangguan mental. Film Tully mengajak kita memahami gangguan mental pada ibu setelah persalinan.

Sang ibu memiliki peran, tugas dan tanggung jawab baru untuk mengasuh, merawat, dan membesarkan anaknya. Tentu hal ini tidaklah mudah. Bulan-bulan awal pascamelahirkan, seorang Ibu rentan mengalami depresi. Ditandai dengan perubahan pola tidur dan nafsu makan kehilangan minat atau kesenangan, mudah tersinggung, perasaan rendah diri, bahkan bisa sampai memunculkan keinginan keinginan bunuh diri.

Kondisi ini tidak terlihat jelas, sehingga sering tidak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya. Orang lain hanya tahu rasa bahagia atas kelahiran anaknya. Kondisi ibu kerap luput dari perhatian banyak orang, termasuk suaminya.

Padahal, periode kecemasan seorang ibu tepat sebelum atau setelah kelahiran sangat umum terjadi. Hal itu termasuk bagian dari gejala depresi pasca-persalinan. Sebagai bentuk kesadaran sosial akan isu ini, The Postpartum Club, sebuah komunitas dari Dhara Studio yang fokus membahas isu postnatal menggelar Movie Date Film Tully pada Minggu, 28 Januari 2024. Film ini diproduksi pada tahun 2018 oleh Bron Studios, Right Way Productions, Denver and Delillah Productions.

Sinopsis Film Tully

Film ini berkisah tentang seorang ibu yang sedang hamil anak ketiga bernama Marlo (Charlize Theron). Marlo menjalani kehamilan sambil mengurus dua anaknya. Salah seorang anaknya berkebutuhan khusus

Hari-harinya sudah padat, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi di malam hari. Aktivitasnya semakin banyak setelah anak ketiganya lahir. Marlo mengalami kelelahan luar biasa.

Ia menjadi lebih murung. Suaminya, Drew (Mark Duplass) merupakan seorang yang sibuk dengan pekerjaannya. Meski selalu menanyakan kabar istrinya, namun Drew tidak paham apa yang sedang terjadi pada Marlo. Setiap pulang bekerja, Drew bermain game untuk menghilangkan kepenatannya bekerja di kantor.

Suatu hari, Marlo mendapatkan seorang pengasuh anak bernama Tully (Mackenzie Davis) yang ingin bekerja di rumahnya. Tully bersedia mengasuh anak ketiganya yang masih bayi di malam hari. Sejak kehadiran Tully, Marlo kembali ceria dan relasi dengan kerabatnya mulai membaik. Termasuk gairah seksual Marlo terhadap suaminya. Tully selalu menghibur dan mendengarkan keluh kesahnya. Pendeknya, Tully menjadi teman yang baik bagi Marlo.

Namun ternyata sosok Tully tidak pernah ada. Tully hanyalah halusinasi Marlo yang menderita gangguan mental setelah melahirkan. Selama ini Marlo hanya berhalusinasi. Puncaknya, Marlo mengalami kecelakaan. Mobilnya tercebur kesungai.

Drew baru mengetahui kondisi psikologis istrinya setelah diberitahu oleh dokter ahli kejiwaan di rumah sakit. Dokter menduga Marlo sedang berhalusinasi saat mengalami kecelakaan mobil.

Drew seolah tak percaya karena selama ini ia melihat istrinya baik-baik saja. Setelah mengetahui Marlo mengalami depresi, ia pun akhirnya mau turun tangan melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anaknya.

The Postpartum Club Movie Date Komunitas Bersama Dhara menggelar nonton bareng Film Tully di Jakarta, Minggu, 28 Januari 2024.
The Postpartum Club dari Dhara Studio menggelar Movie Date Film Tully di Jakarta, Minggu, 28 Januari 2024. Dhara Studio merupakan pusat kebugaran dan kesehatan wanita yang terintegrasi/holistik.

Perbedaan postpartum depression dan baby blues

Di film tersebut, dokter tidak menyebutkan diagnosa penyakit mental yang dialami Marlo. Tidak dijelaskan apakah Marlo mengalami baby blues atau depresi pasca-persalinan (postpartum psychosis). Marlo pun dikisahkan tidak mendapatkan perawatan khusus.

Lalu bagaimana membedakan baby blues dengan depresi setelah melahirkan?Umumnya, baby blues bersifat sementara dan bisa menghilang dengan sendirinya. Sedangkan depresi pasca-persalinan atau postpartum depression bisa bertahan hingga berbulan-bulan atau lebih lama. Pendeknya, postpartum depression lebih parah dari baby blues dan membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Di film ini, yang terjadi dengan Marlo termasuk depresi pasca-persalinan yaitu postpartum psychosis. Marlo berhalusinasi atas sosok Tully, seseorang yang dapat menghibur dirinya, membantu mengurus anak-anaknya. Dan ini terjadi berlarut-larut, ujar Co-Founder Dhara Studio Roro Widi Astuti. Dara Studio merupakan pusat kebugaran dan kesehatan perempuan holistik.

Menurutnya, di akhir film, sikap sang suami yang akhirnya peduli kepada Marlo, menyiratkan kedekatan dan kedamaian yang menyembuhkan penyakit sang istri.  danmenganggap semuanya baik-baik saja.

Niat sang penulis, Diablo Cody, pasti hanya ingin menyampaikan bahwa upaya penyembuhan bagi ibu yang mengalami depresi pasca-persalinan dimulai dari lingkungan terdekatnya. Dalam hal ini, suaminya dan anaknya yang berkebutuhan khusus saat mengungkapkan rasa cintanya kepada sang Ibu,” katanya.

Film Tully menyadarkan kita untuk lebih perhatian terhadap kondisi ibu setelah persalinan. Orang-orang terdekat harus peka terhadap segala perubahan perilaku yang mungkin terjadi pada Ibu. Dukungan dari orang terdekat akan sangat membantu para ibu terhindar dari baby blues atau postpartum depression[*]

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID