digitalMamaID – Ibu bekerja masih saja selalu dihujani hujatan seputar anak. Perdebatan ini sepertinya belum juga berakhir, padahal zaman sudah maju.
Nah, Sharon Meers dan Joanna Strober lewat bukunya Getting to 50/50: How Working Parents Can Have It All ngasih banyak alasan yang membela ibu bekerja. Mereka membeberkannya bersama sejumlah cerita hasil wawancara dan diskusi dengan sejumlah ibu pekerja dari berbagai negara.
Tentang Buku Getting to 50/50
Buku ini mengulas betapa orang tua yang bekerja sering dianggap tidak ideal dalam berumah tangga. Ini dibuktikan dengan banyaknya stigma bahkan hasil penelitian yang menyudutkan orang tua (terutama Ibu) pekerja, tentunya ini berhubungan dengan anak.
Getting to 50/50 melawan perspektif negatif tersebut dengan berbagai sudut pandang dan juga penelitian. Salah satunya menyebutkan bahwa tak ada hubungan antara orang tua bekerja dengan keberhasilan anak kelak.
Buku ini juga membahas bagaimana masyarakat begitu menumpuk kewajiban untuk bekerja hanya pada ayah, bukan pada ibu. Padahal, tidak semua punya privilege untuk jadi keluarga “ideal” menurut standar masyarakat.
Alasan ibu harus bekerja
Sebagai sama-sama pekerja, Sharon dan Joanna membagikan pengalamannya tentang menjadi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Mereka juga menanyakan kepada banyak orang tua yang keduanya merupakan breadwinner.
Buku ini sepakat bahwa tidak ada salahnya menjadi Ibu pekerja, bahkan bisa dibilang lebih baik. Ini alasannya:
-
Membagi peran dengan ayah
Salah satu alasan terbesar yang jadi keuntungan menjadi ibu pekerja adalah bisa berbagi peran secara equal dengan sang ayah. Dengan sama-sama bekerja, Ayah dan Ibu punya kewajiban yang sama antara menghasilkan uang juga mengurus anak serta rumah.
Dari penelitian yang dilakukan oleh NICHD (National Institute of Child Health and Human Development, menyebutkan bahwa jika Ibu punya kegiatan lain selain mengurus rumah dan anak, Ayah akan secara otomatis lebih terlibat dengan urusan “rumah”.
Dengan berbagi peran dalam segala urusan, anak juga tidak akan kehilangan sosok ayah dalam tumbuh kembangnya.
“Your income can give Dad the courage to leave the office and get to school. When a wife can pay the bills, a dad can more easily be there for his kids.”
-
Double income = double freedom
Memiliki dua orang yang bekerja dalam rumah tangga berarti memiliki dua sumber penghasilan. Dengan kebutuhan yang semakin meningkat ditambah keinginan yang menumpuk tentu saja ini menguntungkan bagi keluarga.
Dengan penghasilan lebih, kita punya keleluasaan untuk memilih sekolah yang terbaik untuk anak, fasilitas mumpuni dan segala keperluan di masa depan.
“If you two have careers, you have a lot more financial resilience as a couple.”
-
Respek yang setara dari anak
Pembagian tugas antara Ibu yang mengurus anak dan Bapak yang bekerja juga berpengaruh pada cara anak menilai orang tuanya. Si anak terbiasa mengkotakkan bahwa yang bisa menghasilkan uang dan bekerja hanya Bapak, dan yang bisa mengurus rumah dan dirinya hanya ibu.
Ia akan menganggap bahwa Bapak tidak mampu mengurus rumah dan Ibu tak mampu menghasilkan uang. Sedangkan ketika Ibu bisa bekerja begitupun Bapak yang bisa mengurus rumah, anak memiliki point of view yang sama terhadap kedua orang tuanya.
“If you both see yourselves as equally valuable parents, you will build a life that allows your kids to know you equally well.”
-
Healing dari urusan anak
Kita enggak bisa memungkiri bahwa mengurus anak merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Dengan punya pekerjaan lain selain mengurusi anak, kita bisa rehat sejenak dari hiruk pikuk parenting.
Disebut dalam Journal of Family Issue (1989), bahwa 30% wanita merasa stress berat ketika harus berhenti bekerja demi anak mereka. Meski menjadi working mom berarti kita punya lebih banyak tugas setiap harinya, tapi bekerja bisa dijadikan waktu “me time” yang ampuh hilangkan burnout.
“Having more roles is good for you. Working motherhood is a workout that makes you stronger.”
-
Persiapan masa depan
Buku ini menyebutkan ada 4 hal bencana masa depan yang bisa terjadi kapan saja pada siapa saja: pemecatan (downsizing), perceraian (divorce), kematian (death), dan cacat (disability). Bencana ini akan jadi tiket maut jika kita hanya mengandalkan satu pintu penghasilan.
Dalam buku ini diceritakan kisah salah satu ibu yang tiba-tiba diceraikan suaminya. Ia sangat terpukul karena dirinya tak punya penghasilan sama sekali dan tidak mempersiapkan dana masa depan. Dengan memiliki penghasilan sendiri, kita bisa menanggulangi bencana di atas supaya damage nya tidak terlalu besar.
“Your income gives you liberty to worry less.”
Jika Mama adalah ibu bekerja, jangan berkecil hati apalagi merasa bersalah. Setiap orang menghadapi situasi yang berbeda-beda. Bekerja atau tidak, tak perlu diperdebatkan. Semangat, Mama! [*]